Seteru Di Seattle: Penolakan Pasar Bebas
Ekonomi & Bisnis
September 11, 2024
Jon Afrizal
Polisi menyemprotkan gas air mata kepada demonstran yang menolak penerapan pasar bebas ala WTO di Seattle, 30 Setember 1999. (credits: seattlepi)
“Dalam serangkaian putusan, WTO telah mencabut langkah-langkah untuk membantu kaum miskin di dunia, melindungi lingkungan, dan menjaga kesehatan. Itu semua demi kepentingan perusahaan swasta, yang biasanya adalah perusahaan Amerika Serikat.”
WORLD Trade Organization (WTO) sedang mengadakan pertemuan tingkat menteri pada tanggal 29 November hingga 3 Desember 1999, di Washington State Convention Center (WSCC) Seattle, negara bagian Washington, Amerika Serikat. Namun protes terhadap pertemuan ini telah menjadi sebuah protes besar dalam sejarah: anti globalisasi.
Para aktivis politik, aktivis lingkungan, pro-demokrasi, buruh, dan advokat hak asasi manusia telah sering mengkritik WTO dengan kebijakan pasar bebas-nya. Kelompok-kelompok ini telah mendokumentasikan berbagai pelanggaran dalam praktek perdagangan yang dilakukan oleh WTO.
Sebuah moment, yang kerap dinyatakan sebagai “hari pernikahan” kaum kanan dan kiri dan gerakan sosial di Amerika Serikat. Senyatanya, seperti yang dikatakan oleh Henry David Thoreau, sebagai: Civil Disobedience.
Para demonstran yang serius, dan berfokus pada isu-isu WTO. Para pengunjuk rasa memenuhi jalanan kota dan memaksa pihak otoritas untuk menunda seremoni pembukaan pertemuan WTO ini.
Kenyataannya, Seattle Police Departement (SPD) tidak siap dengan situasi ini. Bahkan, sempat kehabisan gas air mata.
Puncaknya, tanggal 30 September, massa berkumpul semakin banyak, dan lebih banyak lagi.
Walikota Seattle, Paul Schell, mengutip washington.edu, mengumumkan Keadaan Darurat. Satu Tindakan yang dilakukannya, ia memerintahkan “jam malam” di pusat kota Seattle.
National Guard dan Washington State Patrol diminta untuk membantu menjaga ketertiban.
Selanjutnya, polisi diperintahkan untuk membersihkan kerumunan di pusat kota. Serta, memaksa demonstran untuk mundur ke Belltown dan Capitol Hill, di bagian bawah.
Di titik ini, kerusuhan terbuka pun terjadi. Layanan bus terhenti.
Pengunjuk rasa menyasar pada toko dan pusat-pusat bisnis yang ditutup. Memberikan vandalisme pada toko-toko dan pusat-pusat bisnis, yang tentunya, satu arah dengan kebijakan WTO: pasar bebas.
Sebanyak 504 pengunjuk rasa ditangkap. Polisi dilaporkan bertindak “brutal”. Media massa menyatakan peristiwa itu sebagai Battle In Seattle.
Pada tahun 2007,Stuart Townsend menyutradai sebuah film dokumenter dengan judul sama, Battle in Seattle. Film ini menceritakan tentang apa dan bagaimana protes berhari-hari itu terjadi.
Dua pekan setelah kerusuhan, Kepala SPD, Norm Stamper bertanggungjawab penuh atas kekacauan yang terjadi. Sehingga, ia mengajukan pengunduran diri.
Dewan Kota Seattle, lalu mendengarkan kesaksian dari para saksi selama 18 jam, yang mengarah pada penyelidikan berkelanjutan atas peristiwa itu oleh Komite Peninjauan Akuntabilitas WTO yang baru ditunjuk.
Dalam sejarah Amerika Serikat, Battle in Seattle juga terjadi pada tanggal 26 Januari 1856. Yakni pertempuran antara suku Indian Amerika dengan pemerintah Amerika di Washington.
Pada waktu itu, Seattle merupakan sebuah pemukiman di Wilayah Washington yang baru saja menamakan dirinya sendiri berdasarkan nama Kepala Suku Sealth (Seattle), seorang pemimpin suku Suquamish dan Duwamish di wilayah tengah Puget Sound.
Para pemukim Eropa-Amerika didukung oleh Marinir dari kapal perang Angkatan Laut Amerika Serikat, Decatur, yang berlabuh di Elliott Bay, yakni pelabuhan Seattle, yang saat itu disebut Duwam-sh Bay.
Pertempuran itu berlangsung selama satu hari. Sebagai bagian dari Perang Puget Sound atau Perang Yakima (1855–1858).*