Kopi Tuak Dari Jambi Tuo

Lifestyle, Lingkungan & Krisis Iklim

March 17, 2023

Jon Afrizal, Jambi

Jailani, warga Jambi Tulo sedang menyadap pohon nira. (credit title: Jon Afrizal/amira.co.id)

HARI menunjukkan pukul 08.15 WIB, ketika Jailani (58) bergerak untuk menyadap pohon nira yang berjarak kurang lebih 1,5 kilometer dari rumahnya, di Desa Jambi Tulo Kecamatan Marosebo Kabupaten Muarojambi.

Desa yang nyaman ini berjarak 1 jam perjalanan dari Kota Jambi. Nama Desa Jambi Tulo adalah penamaan secara administratif saja. Penduduk lebih memilih untuk menyebutnya Desa Jambi Tuo.

Tabang (tempat air nira) yang berasal dari bambu jenis mayan yang berdiameter 5 centimeter dengan panjang 1 meter telah penuh terisi. Air ini ditampung dari manggar (pangkal pelepah buah nira) sejak pukul 17.00 WIB kemarin, dan pagi ini terisi sebanyak 8 liter air nira.

Pohon nira yang ia sadap berusia 10 tahun, dengan ketinggian 10 meter. Setiap pohon nira menghasilkan dua tabang air setiap malamnya.

Ia telah sejak dari muda menyadap nira. Setiap harinya ia bisa menyadap 7 batang nira, yang jaraknya berjauhan satu dengan lainnya.

“Saat ini hanya kurang dari 10 orang lelaki di desa ini yang menyadap nira,” katanya, Rabu (8/8).

Alasannya tentu saja karena banyak penduduk yang memilih untuk bertani kelapa sawit. Selain praktis, juga lebih menghasilkan dibanding menjadi penyadap nira.

Setelah disadap, air nira kemudian dimasak dengan menggunakan kuali besar hingga benar-benar mendidih. Api berasal dari tungku kayu bakar, dengan kayu bakar pilihan seperti jenis karet.

Lalu, kopi jenis robusta yang telah disiapkan di dalam gelas dituangi air nira yang mendidih. Tidak perlu ditambah gula atau pemanis lainnya, karena air nira adalah pemanisnya.

Maka jadilah “Kopi Tuak”. Dalam bahasa lokal, tuak berarti air nira.

Rasa air tuak sendiri sangat khas. Sehingga jika hanya memcampurkan sedikit bubuk kopi saja, maka rasa kopi akan kalah dengan rasa air nira.

“Air nira yang akan dibuat Kopi Tuak harus diambil sebelum hari siang. Jika tidak, air nira rasanya akan asam,” katanya.

Air nira sedang dipanaskan untuk menyeduh kopi. (cerdit title: Jon Afrizal/amira.co.id)


Selain rasanya nikmat, tidak seperti meminum air kopi biasa, Kopi Tuak tidak menyebakan perut kembung, meskipun meminumnya lebih dari satu gelas.

Kopi Tuak adalah minuman asli penduduk lokal. Ini berawal dari masa kolonial Belanda. Sewaktu itu pemerintah Belanda menganjurkan penduduk untuk bertanam kopi jenis robusta.

“Dikarenakan tidak ada gula atau pemanis, maka penduduk kemudian mencampurnya dengan air nira,” kata Ketua Kelompok Pelestari Alam Desa Jambi Tulo, Adi Ismanto.

Tapi, sejak 30 tahun ini tradisi ini telah ditinggalkan. Penduduk lebih memilih untuk menggunakan gula pasir. Selain itu, pohon nira pun banyak yang ditumbangkan untuk ditanami kelapa sawit.

Kelompok inilah yang menyelenggarakan “Wisata Kopi Tuak”. Tetapi, pemesan harus memesannya sehari sebelumnya, agar para penyadap bisa menyiapkannya.

Setiap satu gelas air Kopi Tuak dihargai seharga Rp 15.000. Sewaktu meminumnya ditambahkan dengan penganan lokal seperti buah keladi goreng. Buah keladi goreng dimakan dengan mencampurkannya dengan sedikit gula nira.

Menurut Jailani, selain menjadi Kopi Tuak, air nira pun ia olah untuk menjadi gula nira. Air nira dimasak selama kurang lebih 3 jam di dalam kuali dengan menggunakan kayu bakar.

Setelah 3 jam diaduk terus menerus, lalu air yang setengah mengental dituangkan ke dalam cetakan hingga dingin. Maka jadilah gula nira.

Dalam pembuatannya, gula nira tidak menggunakan bahan pengawet. Hanya dengan memberi kemiri yang telah dihaluskan secukupnya agar baunya harum.

Gula nira yang baik berwarna cokelat muda. Jika warnanya cokelat tua, itu artinya air nira yang digunakan kotor.

Setiap 1 tabang air nira menghasilkan 14 bungkus gula nira. Setiap bungkus, yang dibungkus daun pisang, terdiri dari dua belahan, dengan berat masing-masing 1,5 ons.

Setiap bungkus harganya Rp 8.000. Para tengkulak mendatanginya setiap hari untuk membelinya. Selanjutnya gula nira yang tanpa merek ini dijual ke Kota Jambi. *

avatar

Redaksi