Blokir Grup “Gay Jambi”
Lifestyle
June 27, 2025
Abi Hurairah/Kota Jambi

Lukisan “Destruction of Sodom and Gomorrah” oleh Joachim Patinir, tahun 1520. (credits: Museum Boijmans Van Beuningen)
SETELAH keriuhan temuan grup “Gay Jambi” di Facebook, polisi mengajukan pemblokiran grup itu ke Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi). Demikian dikatakan Wakil Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Jambi, AKBP Taufik Nurmandia, mengutip Detik, Selasa (24/6).
Tim Siber dari Subdit Siber Ditreskrimsus Polda Jambi, katanya, akan membantu menelusuri grup komunitas LGBT ini. Dan, penyelidikan dilakukan bersama Subdit PPA Ditreskrimum.
Berdasarkan pencarian di Facebook dengan kata kunci “Gay Jambi”, ditemukan beberapa grup terkait “Gay Jambi”.
Adapun Grup “Gay Jambi” memiliki 4,4 ribu anggota. Grup ini dibuat sekitar 4 tahun lalu.
Tetapi, grup ini bersifat private, dengan kata lain, harus mengajukan untuk menjadi anggota. Jika disetujui oleh admin, maka barulah dapat melihat akun-akun dan postingannya.
Selanjutnya terdapat pula halaman “Gay Jambi” dengan 403 penyuka, dan 501 pengikut. Pada deskripsi halaman, dijelaskan bahwa halaman ini untuk “Organisasi Komunitas”.

Screenshot grup “Gay Jambi” di Facebook.
Lalu, ada juga grup “Gay Merangin Bangko dan Sekitarnya” dengan 1,6 ribu anggota. Grup ini dibuat sekitar 3 tahun lalu, dengan deskripsi “Grup Suka Sama Suka”.
Juga terdapat grup “Waria Kota Jambi” dengan deskripsi “Grup Pencinta Waria Jambi”. Grup ini beranggotakan 4 ribu orang.
Terdapat pula grup “Gay Muara Bulian, Tembesi, Mersam, Sungai Rengas”. Pun terdapat “Siaran Langung Gay Jambi Kumpeh”, dan “Grup Gay Kota Jambi”.
Cukup mengejut, juga ditemukan group “Gay SMP SMA Jambi New”.
Secara umum, berdasarkan pencarian di Facebook postingan di grup ini, juga obrolan-obrolannya, terkait dengan ajakan, dan hasrat birahi sesama jenis.
Provinsi Jambi, diketahui adalah wilayah dengan 95,01 persen pemeluk agama Islam, dari total 3.069.768 jiwa menurut “Sensus Penduduk Indonesia 2010” oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Sehingga, pemahaman tentang kehancuran umat-umat Nabi Luth pun telah banyak dipahami. Juga, tentang perlunya anak keturunan selanjutnya bagi setiap manusia.
Adapun kisah tentang umat Nabi Luth, yang disebut sebagai wilayah Tall al-Hammam, atau Abel-Sitytim dalam alkitab Ibrani.
Oleh para sejarawan dinyatakan sebagai situs arkeologi yang berada di Provinsi Amman Jordania, di bagian timur Lembah Yordan bawah 11,7 kilometer sebelah timur Sungai Yordan, dan 12,6 kilometer timur laut dari Laut Mati.

Screenshot grup “Gay SMP SMA Jambi New” di Facebook.
Situs ini memiliki sisa-sisa substansi Zaman Perunggu Kapelkolitik, Awal Menengah, dan dari Zaman Besi II.
Penelitian terkini, menyatakan bahwa kota yang dikenal dengan nama “Sodom” dan “Gomorrah” ini hancur karena jatuhnya jutaan serpihan meteor.
Namun, ketika “dunia dalam genggaman handphone” pada saat ini, maka terkait “tradisional gender” yang hanya memahami dua gender saja, yakni; laki-laki dan perempuan, sepertinya tidak dapat dibentengi sepenuhnya oleh adat tradisi.
Penemuan dari grup-grup ini, dapat dikatakan, telah memberikan warning, tentang “ada yang salah” dalam pergaulan via media sosial.
Terlepas dari pemahaman “peradaban manusia modern” tentang “orientasi seksual”, jika terjadi pembiaran terhadap grup-grup ini dan juga jika terjadi hubungan sesama jenis, maka terdapat dua hal yang berkemungkinan akan terjadi, di sini.
Pertama, adalah penyebaran penyakit seks menular yang tidak terkendali. Dan, yang kedua, adalah, hilangnya sebuah bangsa karena tidak adanya anak keturunan selanjutnya.*

