Jalan Deandels Di Alas Roban

Ekonomi & Bisnis

October 14, 2024

Jon Afrizal

Pantai utara Jawa dekat Semarang, 1853 dalam litografi. (credits: Franz Wilhelm Junghuhn/Tropen Museum)

SATU kenangan pahit yang masih disisakan oleh De Grote Postweg, adalah Alas Roban. Satu jalur jalan tanjakan yang cukup curam yang berada di Kabupaten Batang, Jawa Tengah.

Meskipun, telah ada jalur alternatif Lingkar Utara dan Selatan, namun, nama Alas Roban masih memberikan kengerian.

Jalur ini menghubungkan Batang dan Semarang. Jalur ini adalah juga bagian dari Jalur Pantura (pantai utara).

Perjalanan darat dari Kendal menuju Pekalongan harus melewati kawasan Alas Roban.  Alas Roban adalah hutan belantara yang dibelah untuk dibuat jalan raya, pada masa Herman Willem Daendels (1808-1811), gubernur jenderal Hindia Belanda ke-36.

Ini adalah jalur lanjutan dari proyek ambisus De Grote Postweg. Jalur pertama adalah Buitenzorg (Bogor) ke Karangsambung (Sumedang).

Jalur lanjutannya, adalah wilayah-wilayah di Jawa Tengah. Yang melintasi Tegal, Pemalang, Comal, Pekalongan, Kendal, Kaliwungu, Semarang, Demak, Kudus, Pati, Rembang, dan Lasem.

Sedangkan di wilayah-wilayah di Jawa Timur, jalur ini melintasi Tuban, Sidayu, Gresik, Surabaya, Porong, Bangil, Pasuruan, Probolinggo, Kraksaan, Paiton, Besuki, dan berakhir di Panarukan.

Alas Roban saat ini adalah di Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.

Ruas jalan yang berkelok-kelok, dan pepohonan yang tinggi, dan minimnya penerangan adalah nuansa “ngeri” di kawasan ini.

Suasana ini, kemudian memunculkan sesuatu yang mistis. Cerita-cerita terkait mistis, adalah hal biasa untuk Alas Roban.

Mengutip Merdeka, kawasan hutan di Gringsing ini pernah dikenal sebagai tempat pembuangan mayat korban dari Petrus (penembak misterius) pada tahun 1980-an.  

Sering terjadinya kecelakaan lalu lintas di kawasan Jalur Tengkorak Alas Roban. Dan banyak cerita terkait berbagai jenis mahluk halus, seperti; pocong, kuntilanak dan genderuwo.

Alas Roban adalah juga cerita tentang para begal, bajing loncat dan perampok.

Kondisi ini, yang menyebabkan para sopir enggan melintasi jalur Alas Roban ketika arloji di lengan tangan telah menunjukan pukul 5 sore hari.

Sehingga, para drivers akan menunggu lima atau lebih kendaraan untuk melintasi jalur hutan ini. Untuk saling jaga.

Karena, na’as dan nasib buruk tidak kenal siapapun.

Meskipun kini, ceritanya sudah berubah. Jalan Tol Trans Jawa, telah mempersingkat jarak dan waktu tempuh dari Merak menuju Jawa Tengah, hingga keluar di pintu tol Salatiga. Dan terus menuju ke Banyuwangi, dengan total 1.167 kilometer.

De Grote Postweg sendiri terinsiprasi dari curcus publicus. Yakni sistem jalur pos yang menghubungkan Kekaisaran Romawi dengan kota-kota taklukannya.

Daendels melakukan sebuah mega proyek jalan pos sepanjang 1.000 kilometer, dan menghubungkan 50 kantor pos. Yang dimulai dari Anyer di Banten menuju ke Panarukan di Jawa Timur.

Meskipun jalur transportasi darat telah ada sejak tahun 1750. Jalan yang menghubungkan Batavia ke Semarang, lalu ke Surabaya. Juga menghubungkan Semarang, Surakarta, dan Yogyakarta.

Sayangnya, iklim tropis dengan curah hujan yang tinggi seringkali menjadi penyebab rusaknya jalur jalan ini.

Maka, pada tanggal 5 Mei 1808, Deandels mengeluarkan perintah untuk membangun jalan yang melintasi Pulau Jawa. Proyek ambisiusnya terwujud pada tahun 1857.

Pada awalnya, jalan itu hanya untuk kepentingan postal (surat menyurat) dan militer saja.

Pada Jalur Pertama, Buitenzorg (Bogor) ke Karangsambung (Sumedang) diketahui memiliki anggaran 30.000 ringgit perak, dengan 1.100 orang pekerja.

Para pekerja, mendapatkan 1.5 pon beras per hari, dan 5 pon garam per bulan. Tetapi, hingga saat ini, belum didapat catatan sejarah terkait berapa upah yang didapat oleh setiap pekerja.

Sehingga, narasi sejarah yang diketahui selama ini, bahwa kerja paksa dilakukan pada Jalur Pos adalah belum dapat dibantah.

Mendekati era perkebunan dan Tanam Paksa, dibangunlah jalur kereta api di Jawa. Dimulai dengan Nederlandsche Handels Maatschappij (NHM) pada tahun 1861.

Namun, Jalan Pos Deandels, masih tetap digunakan. Dan tetap bertahan hingga hari ini.*

avatar

Redaksi