Tuntang; Saksi Korupsi Di Tubuh VOC
Daulat
May 8, 2024
Jon Afrizal/Tuntang, Jawa Tengah
Sebuah rumah joglo di Salatiga, Jawa Tengah. (photo credits : Jon Afrizal/amira.co.,id)
TUNTANG, adalah nama sebuah kecamatan di Kotamadya Salatiga, Jawa Tengah. Daerah ini mejadi saksi takluknya VOC terhadap Inggris, melalui sebuah perjanjian.
Ini adalah efek domino dari perang Delapan Puluh Tahun antara Belanda dan Spanyol, yakni sejak tahun 1568 hingga 1648. Dimana perang yang pada awalnya bersifat agama itu, akhirnya berubah menjadi perang ekonomi dan politik.
Ditandai dengan perintah tertutupnya Kota Lisbon bagi kapal Belanda pada tahun 1585, oleh Raja Spanyol Philip II. Portugis yang telah diduduki Spanyol, pun mentaati perintah itu.
Adalah Jan Huygen van Lischolen, mantan pelaut Belanda yang bekerja pada Portugis. Ia pernah berlayar hingga sampai di Nusantara.
Inilah petunjuk yang membuat Belanda tiba di Nusantara.
Sebelumnya, Kaisar Prancis Napoleon Bonaparte telah mengangkat saudaranya, bernama Louis Bonaparte sebgai raja di Belanda. Selanjutnya, atas kehendak Louis Bonaparte, diangkatlah Herman Willem Daendels sebagai gubernur jenderal di Indonesia.
Mengutip dari websejarah, tugas utama Daendels sebagai gubernur jenderal di Nusantara adalah untuk mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris. Lalu, mengatur pemerintahan di Hindia Belanda, dan membereskan keuangan. Daendels pun mengambil kebijakan-kebijakan terkait pertahanan, pemerintahan dan keuangan.
Tindakan Daendels menjual tanah-tanah negara kepada orang-orang partikelir (swasta) dianggap telah melanggar undang-undang. Sehingga, pada tahun 1811, Napoleon menarik Deandels kembali ke Eropa. Alasan, karena Daendels akan diikutsertakan dalam penyerbuan ke Rusia pada tahun 1812.
Selanjutnya, Daendels digantikan oleh Jansens. Sebelum Jansens sempat melaksanakan tugasnya, Belanda sudah dikalahkan oleh Inggris.
Persoalan Belanda sendiri, sebelumnya Belanda telah memiliki badan usaha Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) di Nusantara. Pada tahun 1799, kondisi keuangan VOC memburuk.
Ini terjadi karena banyak pegawainya yang korupsi. Selain banyak juga pegawai yang tidak cakap dalam menjalankan tugasnya.
Kondisi itu terus memburuk dan akhirnya VOC bankrut. Pemerintah kerajaan Belanda pun membubarkan VOC. Sejak itu, wilayah yang sekarang disebut Indonesia diserahkan kepada Inggris.
VOC, ternyata, banyak menanggung utang akibat peperangan yang dilakukan baik dengan rakyat Indonesia maupun dengan Inggris. Kemerosotan moral di kalangan para penguasa akibat sistem monopoli perdagangan, serta tidak berjalannya verplichte leverantie (penyerahan wajib) dan preanger stelsel (aturan priangan); dua hal dengan tujuan untuk mengisi kas VOC yang kosong.
Maka, pada tanggal 18 September 1811, Belanda dan Inggris menyepakati suatu perjanjian. Perjanjian yang disebut Kapitulasi Tuntang itu, dilakukan di Desa Tuntang, yang sekarang kini menjadi bagian Kotamadya Salatiga, Jawa Tengah.
Perjanjian Tuntang adalah surat perjanjian tentang penyerahan kekuasaan Belanda kepada Inggris atas seluruh Jawa beserta pangkalan-pangkalan VOC.
Adapun isi dari Kapitulasi Tuntang adalah bahwa pemerintah Belanda menyerahkan Indonesia kepada Inggris yang berkedudukan di Calcuta (India), semua tentara Belanda menjadi tawanan perang Inggris, dan orang-orang Belanda dapat dipekerjakan dalam pemerintahan Inggris.
Belanda pertama kali mendarat di Nusantara, adalah di Banten pada tahun 1596. Dengan empat unit kapal, mereka datang dengan dipimpin oleh Cornelis de Houtman dan Pieter Keyzer.
Selanjutnya, kedatangan Belanda ke dua ke Banten adalah pada tahun 1598. Dengan delapan unit kapal. Kali ini dipimpin oleh Jacob Van Neck dan Warwijk.
Tujuannya adalah mencari dan berdagang rempah-rempah. Setelah berhasil menemukan daerah penghasil rempah-rempah dan telah memperoleh keuntungan yang besar, maka monopoli perdagangan rempah-rempah pun dilakukan.
Monopoli dilakukan dengan membentuk VOC pada tahun 1602. Tetapi, VOC malah mengalami kebangkrutan akibat korupsi.*