Ibu Bumi Mati Suri
Lingkungan & Krisis Iklim
April 23, 2025
Jon Afrizal/Kota Jambi

Anggota HIMABIO FST UNJA sedang membersihkan kawasan Gentala Arsy dari sampah plastic. (credits: Biologi Unja)
SEORANG pengajar lingkungan hidup, Senator Amerika Serikat Gaylord Nelson menggagas “Mother Earth Day” (Hari Bumi) pada tanggal 22 April tahun 1970. Tanggal ini bertepatan dengan musim semi di Northern Hemisphere (belahan Bumi utara) dan musim gugur di belahan Bumi selatan.
Hari Bumi, maksudnya, dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi manusia terhadap planet yang ditinggalinya, yakni Planet Bumi.
Sejak saat itu, “Hari Bumi” telah menjadi acara wajib tahunan yang diperingati setiap tanggal 22 April. Dengan tujuan untuk menunjukkan dukungan semua orang terhadap perlindungan lingkungan.
Melalui Earth Day Network, kini, “Hari Bumi” melibatkan lebih dari 1 miliar orang di 193
Di Kota Jambi, mengutip laman Universitas Jambi, HIMABIO FST UNJA telah memiliki acara tahunan sendiri di setiap peringatan “Hari Bumi”. Para mahasiswa ini melakukan aksi bersih-bersih di Menara Gentala Arasy, yang berada di tepian Sungai Batanghari. Ini adalah landmark Kota Jambi.
Mereka membersihkan berbagai sampah yang merusak sistem ekologi air. Secara umum, adalah sampah plastik yang tidak mampu ataupun butuh waktu lama untuk diurai bumi.

Simbol yang diperkenalkan oleh Ron Cobb pada tahun 1969 sebagai simbol ekologi. (credits: Wiki Commons)
Sementara itu, mengutip laman UIN Jambi, mahasiswa pascasarjana UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi menanam 1 juta pohon matoa (Pometia pinnata), dalam tajuk “Ekoteologi”.
Kegiatan ini adalah wujud dari kepedulian manusia terhadap kelestarian lingkungan, yang dipadukan dengan nilai-nilai teologis.
Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan tanggal 22 April sebagai Hari Bumi Internasional melalui resolusi yang diadopsi pada tahun 2009. Hari Bumi, mengutip United Nations Environmental Programme (Unep), adalah pengakuan manusia dan bangsa-bangsa terhadap bumi dan ekosistemnya sebagai rumah bersama umat manusia.
Dan adalah kebutuhan bersama untuk melindunginya. Ini bertujuan untuk meningkatkan penghidupan manusia, menangkal perubahan iklim, dan menghentikan rusaknya keanekaragaman hayati.
Sebab; perubahan iklim, perubahan alam yang disebabkan manusia, dan kejahatan yang merusak keanekaragaman hayati.
Seperti; penggundulan hutan, perubahan tata guna lahan, peningkatan pertanian dan produksi ternak, atau maraknya perdagangan satwa liar ilegal, yang dapat mempercepat laju kerusakan di planet ini.
Bumi pun jelas-jelas mendesak adanya seruan untuk bertindak. Sebuah kebutuhan untuk beralih ke ekonomi yang lebih berkelanjutan yang bermanfaat bagi manusia dan planet ini.
Sebab, melindungi planet bumi adalah tanggungjawab semua orang.*

