LEBIH dari satu bulan, angggota Serikat Tani Kumpeh (STK) telah berjuang terhadap intimidasi dan kriminalisasi, yang diduga dilakukan oleh preman sewaan PT Fajar Pematang Indah Lestari (FPIL). Sebanyak lima orang petani Desa Sumber Jaya Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muarojambi yang tengah berjaga-jaga, dikepung oleh 12 orang preman, Rabu malam (1/2).
Satu orang petani ditikam dibagian punggung dengan senjata tajam oleh preman. Setelah terjadi adu mulut antara petani dengan preman sewaan.
“Mereka ditugaskan perusahaan untuk menghancurkan jembatan yang menghubungkan antara Desa Sumber Jaya dengan lokasi yang diklaim HGU perusahaan,” kata Fauzi, anggota Serikat Tani Kumpeh, belum lama ini.
Kegaduhan ini membuat warga desa datang. Preman-preman itu melarikan diri dengan menggunakan kendaraan jenis truk bak terbuka. Kendaraan truk dikemudikan dengan gegabah, dan menabrak dua unit sepeda motor milik warga desa hingga ringsek.
Para preman melarikan diri dan meninggalkan truk itu. Lalu, petani-petani pun memeriksa isi truk, dan menemukan pakaian security dan beberapa identitas yang mengarah kepada PT FPIL.
Fransdoddy Taruma Negara, Koordinator Wilayah Jambi dari Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) mengatakan terror, tindakan represif, perusakan dan intimidasi oleh pihak perusahaan telah terjadi sejak akhir tahun 2021 lalu, dan terus berlanjut hingga tahun ini. “Areal yang diklaim sebagai HGU PT FPIL adalah lahan garapan warga sejak tahun 1960-an,” katanya. Sebelumnya, konflik tenurial ini juga telah terjadi sejak 1998 hingga 2005, sebelum PT FPIL mengakuisisi lahan dari PT Permata Tusau Putra (PTP). Serikat Tani Kumpeh kemudian mendaftarkan lahan seluas 482 hektare itu kepada negara untuk menjadi “Lokasi Prioritas Reforma Agraria”. Lahan itu dihuni oleh 678 Kepala Keluarga (KK) yang adalah berprofesi sebagai petani sawah dan kebun sayuran.
Pada tanggal 25 April 2022 lalu, DPRD Provinsi Jambi pun telah mengeluarkan SK nomor 12 tahun 2022 tentang “rekomendasi tehadap konflik lahan di Provinsi Jambi” dimana areal Desa Sumber Jaya termasuk didalamnya. Tetapi, hingga hari ini, konflik lahan terus terjadi. Dan, para petani masih tetap berjuang.*
(photo : Jon Afrizal/amira.co.id & Serikat Tani Kumpeh)