Belajar Kepada Sungai Subayang
Zulfa Amira Zaed/Kampar

Sungai Subayang adalah urat nadi kehidupan. Sungai yang menghijau, mengalir deras dari hulu ke hilir, dengan panjang sekitar 413 kilometer dan lebar sekitar 100 meter.

Begitulah kehidupan yang disangga oleh Sungai Subayang. Masyarakat di 10 desa, dari Desa Pangkalan Serai di hulu hingga ke Desa Gema di hilir memanfaatkan aliran sungai ini.

Sungai Subayang, merupakan jalur trasportasi satu-satunya dari Desa Gema, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar, Riau menuju ke berbagai desa di dalam kawasan suaka marga stawa Rimbang Baling.

Ratusan kepala keluarga menggunakan air sungai untuk kebutuhan air bersih. Seperti mencuci, minum, transportasi, bahkan untuk menghidupkan listrik di desa mereka.

Air sungai yang mengalir deras tak hanya mampu menjadi sarana angkutan atau transportasi tetapi juga menggerakkan turbin hingga menghasilkan energi listrik untuk menerangi desa.

Warga desa membangun dan menggunakan energi listrik dari panel surya dan Pembangkit Listrik Mikro Hidro (PLTMH),

yang mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik.

Tentu saja ramah lingkungan.

Meskipun, warga desa belum mendapatkan aliran listrik dari perusahaan milik negara; BUMN atau BUMD.

Desa-desa di kawasan Sungai Subayang sejak dulu menggunakan sungai sebagai sarana MCK.

Dan, masih tetap dilakukan hingga kini.

Tetapi, beberapa keluarga juga memanfaatkan mesin pompa air untuk mengalirkan air sungai hingga ke dapur dan kamar mandi di rumah masing-masing.

Sungai Subayang bukan sekedar sungai biasa.

Tapi, terdapat kearifan lokal di dalamnya, seperti “lubuk larangan”, misalnya.

Sejatinya “lubuk larangan” adalah usaha masyarakat setempat untuk melestarikan sungai.

Dengan adanya lubuk larangan yang hanya dipanen di saat tertentu, akan memperbaiki keberlangsungan ekosistem sungai.

Masyarakat yang menjaga sungai dengan tradisi pun akan menuai manfaatnya juga.

Memanfaatkan airnya untuk kebutuhan rumah tangga, menjadi jalur jalannya perahu, dan memenuhi kebutuhan hidup dengan lubuk larangan.

Banyak manfaat lain yang tak ada habisnya untuk diurai satu persatu.

Adalah benar kata pepatah, “Bumi akan mengembalikan apapun yang ditebar manusia.”

Maka tebarlah kebaikan.*

Photo : Zulfa Amira Zaed/amira.co.id)