Jalan Rusak? Ah, Kami Sudah Biasa!
Jon Afrizal/Jambi
MERASAKAN kondisi ruas jalan yang rusak di Provinsi Jambi adalah seperti sedang melakukan penelitian tentang lapisan tanah. Melihat lapisan teratas adalah aspal, lalu beton, kerikil, dan kemudian tanah timbunan.
Tapi, terkadang juga bervariasi. Yah, sangat tergantung, untuk apa, oleh "siapa" dan bagaimana ruas jalan itu dibangun.
Untuk siapa? Oh, nanti dulu.
Setelah ruas jalan selesai dibangun, biasanya akan bertahan beberapa waktu. Selanjutnya, “alam” yang memegang peranan.
Kelebihan tonase, adalah penyebabnya. Tergantung; membawa tandan buah sawit (tbs), crude palm oil, hasil perkebunan, hasil hutan, pertambangan dan seterusnya.
Tapi, beberapa orang biasanya menyalahkan faktor “alam”, yakni cuaca. Hujan terus-menerus yang berakibat pada mengelupasnya aspal.
Jika memang faktor "alam", maka kondisi ruas jalan yang rusak harusnya masuk kategori “bencana”. Dan butuh segera di-mitigasi.
Bicara data, menurut Kementrian PUPR, saat ini di Provinsi Jambi; dari 1.318 kilometer “jalan nasional”, sepanjang 603 kilometer rusak. Sementara dari 1.032 kilometer “jalan provinsi”, sepanjang 113 kilometer dalam kondisi rusak berat.
Itu belum terhitung panjang "jalan kabupaten/kota" yang juga ikut-ikutan rusak. Lokasinya, tentu saja menyebar luas di 11 kabupaten/kota.
Rusaknya sarana transportasi, jelas saja akan berimbas kepada perekonomian.
Lalu, mungkinkah tercapai target Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Jambi di tahun 2023 sebesar Rp 2,2 triliun?*
(Photo : Jon Afrizal/amira.co.id)